Makalah Caput Succedaneum BAB I - V - SRI SUPENI

Flower Blossomaku tanam bunga disini. satu satunya bunga hanya satu untuk ku
smilesmilesmilesmilesmilesmilesmilesmile

Kamis, 14 Februari 2013

Makalah Caput Succedaneum BAB I - V

BAB I
PENDAHULUAN

  1. LATAR BELAKANG
Kelahiran seorang bayi merupakan saat yang membahagiakan orang tua, terutama bayi yang lahir sehat. Bayi yang nantinya tumbuh menjadi anak dewasa melalui proses yang panjang, dengan tidak mengesampingkan faktor lingkungan keluarga. Terpenuhinya kebutuhan dasar anak (asah-asih-asuh) oleh keluarga akan memberikan lingkungan yang terbaik bagi anak, sehingga tumbuh kembang anak menjadi seoptimal mungkin. Tetapi tidak semua bayi lahir dalam keadaan sehat. Beberapa bayi lahir dengan gangguan pada masa prenatal, natal dan pascanatal. Keadaan ini akan memberikan pengaruh bagi tumbuh kembang anak selanjutnya. Dan untuk masalah terjadinya caput succedaneum pada bayi khususnya di RSD Mardi Waluyo Blitar di awal tahun 2008 adalah disebabkan persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi dan kala II memanjang. Dengan angka kejadian untuk persalinan dengan vakum ekstraksi 40 dari 809 persalinan dan kala II memanjang 27 dari 809 persalinan di RSD Mardi Waluyo Blitar. Untuk Caput Succedaneum tidak tercatat dalam dalam data Ruang Neonatus RSD Mardi Waluyo.Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi.
Asuhan kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan .Jadi asuhan kebidanan pada neonatus ,bayi ,dan balita adalah perawatan yang diberikan oleh bidan pada bayi baru lahir (neonatus) ,bayi ,dan balita .Neonatus ,bayi ,dan balita dengan  persalinan adalah suatu keadaan trauma pada neonatus ,bayi dan balita yang terjadi selama proses persalinan dan dapat menyebabkan gangguan pada neonatus ,bayi ,dan balita apabila tidak diberikan asuhan yang tepat dan benar .Ada beberapa trauma akibat proses persalinan diantaranya adalah adanya Caput succedaneum dan Cephalhematoma .



B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Adapun tujuan umum yaitu memberikan Asuhan Neonatus dengan Jalan Lahir yang terdiri dari caput suksedaneum, cephalhematoma.
2. Tujuan  khusus
a. Mengantisipasi masalah atau resiko yang akan terjadi saat persalianan
b. Memberikan Asuhan Neonatus pada BBL agar tidak terjadi cacat
c. Melakukan tindakan segera pada BBL yang mengaami jejas persalinan
d. Mengevaluasi hasil Asuhan Neonatus yang diberikan pada BBL

BAB II
TINJAUAN TEORI

A.      Caput succedaneum
Pengertian Caput succedaneum adalah edema kulit kepala anak yang terjadi karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak. Atau pembengkakan difus, kadang-kadang bersifat ekimotik atau edematosa, pada jaringan lunak kulit kepala, yang mengenai bagian kepala terbawah, yang terjadi pada kelahiran verteks. Karena tekanan ini vena tertutup, tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk ke dalam jaringan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah. Dan merupakan benjolan yang difus kepala, dan melampaui sutura garis tengah. (Obstetri fisiologi, UNPAD.1985)
Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi,Persalinan lama Dapat menyebabkan caput succedaneum karena terjadi tekanan pada jalan lahir yang terlalu lama, menyebabkan pembuluh darah vena tertutup, tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk kedalam cairan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah. Persalinan dengan ekstraksi vakum Pada bayi yang dilahirkan vakum yang cukup berat, sering terlihat adanya caput vakum sebagai edema sirkulasi berbatas dengan sebesar alat penyedot vakum yang digunakan. (Sarwono Prawiroharjo.2002)
Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Caput succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari.(Sarwono Prawiroharjo.2002)
Patofisiologi Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstra vaskuler. Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur dengan sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari. Menurut Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002, proses perjalanan penyakit caput succedaneum adalah sebagi berikut : Pembengkakan yang terjadi pada kasus caput succadeneum merupakan pembengkakan difus jaringan otak, yang dapat melampaui sutura garis tengah. Adanya edema dikepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh. Benjolan biasanya ditemukan didaerah presentasi lahir dan terletak periosteum hingga dapat melampaui sutura. Pembengkakan pada caput succedaneum dapat meluas menyeberangi garis tengah atau garis sutura. Dan edema akan menghilang sendiri dalam beberapa hari. Pembengkakan dan perubahan warna yang analog dan distorsi wajah dapat terlihat pada kelahiran dengan presentasi wajah. Dan tidak diperlukan pengobatan yang spesifik, tetapi bila terdapat ekimosis yang ektensif mungkin ada indikasi melakukan fisioterapi dini untuk hiperbilirubinemia. Moulase kepala dan tulang parietal yang tumpang tindih sering berhubungan dengan adanya caput succedaneum dan semakin menjadi nyata setelah caput mulai mereda, kadang-kadang caput hemoragik dapat mengakibatkan syok dan diperlukan transfusi darah.
Gejala ataupun tanda yang sering ditemui pada kasus caput succedaneum sebagai berikut:
a.       Adanya oedema di kepala, hal ini disebabkan karena adanya penggumpalan cairan dibawah kulit kepala bayi sehingga kepala bayi terlihat bengkak atau oedema.
b.       Pada perabaan terasa lembut dan lunak. Benjolan ini terlokalisir, dapat tunggal atau lebih dari satu ( multiple ). Tempat lunak ini akan berdenyut seirama dengan jantung. Ketika seorang bayi aktif atau mendapat demam, daerah ini akna berdenyut lebih cepat.
c.       Oedema melampaui sela-sela tulang tengkorak, semua bayi memiliki daerah lunak di kepala mereka ( fontanel ), yang mungkin tidak akan menutup sampai 18 bulan. Ini adalah tempat dimana tulang tengkorak belum menyatu. Fontanel yang terbuka ini memberi tengkorak lebih banyak kelenturan selama proses kelahiran atau ketika bayi membenturkan.
d.       Batas tidak jelas, biasanya pembengkakan akan melewati garis tengah kepala dan menyeberangi ubun-ubun. Kepala yang tidak rata bisa juga disebabkan pecahnya pembuluh darah akibat proses persalinan, ciri-cirinya benjolan tidak akan melewat garis ubun-ubun. Bila darahnya banyak bayi bisa kekurangan darah dan kulitnya menjadi kuning.
e.       Biasanya menghilang dalam waktu 2 – 3 hari tanpa pengobatan.

Penatalaksanaan pada bayi dengan kelainan 
  
 BAB I
PENDAHULUAN

  1. LATAR BELAKANG
Kelahiran seorang bayi merupakan saat yang membahagiakan orang tua, terutama bayi yang lahir sehat. Bayi yang nantinya tumbuh menjadi anak dewasa melalui proses yang panjang, dengan tidak mengesampingkan faktor lingkungan keluarga. Terpenuhinya kebutuhan dasar anak (asah-asih-asuh) oleh keluarga akan memberikan lingkungan yang terbaik bagi anak, sehingga tumbuh kembang anak menjadi seoptimal mungkin. Tetapi tidak semua bayi lahir dalam keadaan sehat. Beberapa bayi lahir dengan gangguan pada masa prenatal, natal dan pascanatal. Keadaan ini akan memberikan pengaruh bagi tumbuh kembang anak selanjutnya. Dan untuk masalah terjadinya caput succedaneum pada bayi khususnya di RSD Mardi Waluyo Blitar di awal tahun 2008 adalah disebabkan persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi dan kala II memanjang. Dengan angka kejadian untuk persalinan dengan vakum ekstraksi 40 dari 809 persalinan dan kala II memanjang 27 dari 809 persalinan di RSD Mardi Waluyo Blitar. Untuk Caput Succedaneum tidak tercatat dalam dalam data Ruang Neonatus RSD Mardi Waluyo.Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi. 
Asuhan kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan .Jadi asuhan kebidanan pada neonatus ,bayi ,dan balita adalah perawatan yang diberikan oleh bidan pada bayi baru lahir (neonatus) ,bayi ,dan balita .Neonatus ,bayi ,dan balita dengan  persalinan adalah suatu keadaan trauma pada neonatus ,bayi dan balita yang terjadi selama proses persalinan dan dapat menyebabkan gangguan pada neonatus ,bayi ,dan balita apabila tidak diberikan asuhan yang tepat dan benar .Ada beberapa trauma akibat proses persalinan diantaranya adalah adanya Caput succedaneum dan Cephalhematoma .



B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Adapun tujuan umum yaitu memberikan Asuhan Neonatus dengan Jalan Lahir yang terdiri dari caput suksedaneum, cephalhematoma.
2. Tujuan  khusus
a. Mengantisipasi masalah atau resiko yang akan terjadi saat persalianan
b. Memberikan Asuhan Neonatus pada BBL agar tidak terjadi cacat
c. Melakukan tindakan segera pada BBL yang mengaami jejas persalinan
d. Mengevaluasi hasil Asuhan Neonatus yang diberikan pada BBL

BAB II
TINJAUAN TEORI

A.      Caput succedaneum
Pengertian Caput succedaneum adalah edema kulit kepala anak yang terjadi karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak. Atau pembengkakan difus, kadang-kadang bersifat ekimotik atau edematosa, pada jaringan lunak kulit kepala, yang mengenai bagian kepala terbawah, yang terjadi pada kelahiran verteks. Karena tekanan ini vena tertutup, tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk ke dalam jaringan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah. Dan merupakan benjolan yang difus kepala, dan melampaui sutura garis tengah. (Obstetri fisiologi, UNPAD.1985)
Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi,Persalinan lama Dapat menyebabkan caput succedaneum karena terjadi tekanan pada jalan lahir yang terlalu lama, menyebabkan pembuluh darah vena tertutup, tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk kedalam cairan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah. Persalinan dengan ekstraksi vakum Pada bayi yang dilahirkan vakum yang cukup berat, sering terlihat adanya caput vakum sebagai edema sirkulasi berbatas dengan sebesar alat penyedot vakum yang digunakan. (Sarwono Prawiroharjo.2002)
Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Caput succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari.(Sarwono Prawiroharjo.2002)
Patofisiologi Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstra vaskuler. Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur dengan sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari. Menurut Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002, proses perjalanan penyakit caput succedaneum adalah sebagi berikut : Pembengkakan yang terjadi pada kasus caput succadeneum merupakan pembengkakan difus jaringan otak, yang dapat melampaui sutura garis tengah. Adanya edema dikepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh. Benjolan biasanya ditemukan didaerah presentasi lahir dan terletak periosteum hingga dapat melampaui sutura. Pembengkakan pada caput succedaneum dapat meluas menyeberangi garis tengah atau garis sutura. Dan edema akan menghilang sendiri dalam beberapa hari. Pembengkakan dan perubahan warna yang analog dan distorsi wajah dapat terlihat pada kelahiran dengan presentasi wajah. Dan tidak diperlukan pengobatan yang spesifik, tetapi bila terdapat ekimosis yang ektensif mungkin ada indikasi melakukan fisioterapi dini untuk hiperbilirubinemia. Moulase kepala dan tulang parietal yang tumpang tindih sering berhubungan dengan adanya caput succedaneum dan semakin menjadi nyata setelah caput mulai mereda, kadang-kadang caput hemoragik dapat mengakibatkan syok dan diperlukan transfusi darah.
Gejala ataupun tanda yang sering ditemui pada kasus caput succedaneum sebagai berikut:
a.       Adanya oedema di kepala, hal ini disebabkan karena adanya penggumpalan cairan dibawah kulit kepala bayi sehingga kepala bayi terlihat bengkak atau oedema.
b.       Pada perabaan terasa lembut dan lunak. Benjolan ini terlokalisir, dapat tunggal atau lebih dari satu ( multiple ). Tempat lunak ini akan berdenyut seirama dengan jantung. Ketika seorang bayi aktif atau mendapat demam, daerah ini akna berdenyut lebih cepat.
c.       Oedema melampaui sela-sela tulang tengkorak, semua bayi memiliki daerah lunak di kepala mereka ( fontanel ), yang mungkin tidak akan menutup sampai 18 bulan. Ini adalah tempat dimana tulang tengkorak belum menyatu. Fontanel yang terbuka ini memberi tengkorak lebih banyak kelenturan selama proses kelahiran atau ketika bayi membenturkan.
d.       Batas tidak jelas, biasanya pembengkakan akan melewati garis tengah kepala dan menyeberangi ubun-ubun. Kepala yang tidak rata bisa juga disebabkan pecahnya pembuluh darah akibat proses persalinan, ciri-cirinya benjolan tidak akan melewat garis ubun-ubun. Bila darahnya banyak bayi bisa kekurangan darah dan kulitnya menjadi kuning.
e.       Biasanya menghilang dalam waktu 2 – 3 hari tanpa pengobatan.

Penatalaksanaan pada bayi dengan kelainan caput succedaneum :
1.       Perawatan bayi sama dengan perawatan bayi normal
2.       Pengawasan keadaan umum bayi
3.       Berikan lingkungan yang baik ,adanya ventilasi dan sinar matahari yang cukup
4.       Pemberian ASI yang adekuat ,bidan harus mengajarkan pada ibu teknik menyusui yang benar
5.       Pencegahan infeksi harus dilakukan untuk menghindari adanya infeksi pada benjolan
6.       Berikan konseling pada orang tua ,tentang :
a.       Keadaan trauma yang dialami bayi
b.       Jelaskan bahwa benjolan akan menghilang dengan sendirinya tanpa pengobatan
c.       Perawatan bayi sehari – hari
d.       Manfaat dan teknik pemberian ASI

B.      Cephalhematoma
Pengertian Cephal hematom adalah perdarahan subperiosteal akibat kerusakan jaringan poriesteum karena tarikan atau tekanan jalan lahir. Dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah. Tulang tengkorak yang sering terkena adalah tulang temporal atau parietal ditemukan pada 2 % dari kelahiran hidup. (Prawiraharjo,Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan)
Klasifikasi Menurut letak jaringan yang terkena ada 2 jenis yaitu(Ika Nugroho.2011) : Subgaleal Galea merupakan lapisan aponeurotik yang melekat secara longgar pada sisi sebelah dalam periosteum. Pembuluh-pembuluh darah vena di daerah ini dapat tercabik sehingga mengakibatkan hematoma yang berisi sampai sebanyak 250 ml darah. Terjadi anemia dan bisa menjadi shock. Hematoma tidak terbatas pada suatu daerah tertentu (Oxorn, Harry, 1996). Penyebabnya adalah perdarahan yang letaknya antara aponeurosis epikranial dan periosteum. Dapat terjadi setelah tindakan ekstraksi vakum. Jarang terjadi karena komplikasi tindakan mengambil darah janin untuk pemeriksaan selama persalinan, risiko terjadinya terutama pada bayi dengan gangguan hemostasis darah. Sedangkan untuk kadang-kadang sukar didiagnosis, karena terdapat edema menyeluruh pada kulit kepala. Perdarahan biasanya lebih berat dibandingkan dengan perdarahan subperiosteal, bahaya ikterus lebih besar. Subperiosteal Karena periosteum melekat pada tulang tengkorak di garis-garis sutura, maka hematoma terbatas pada daerah yang dibatasi oleh sutura-sutura tersebut. Jumlah darah pada tipe subperiosteal ini lebih sedikit dibandingkan pada tipe subgaleal, fraktur tengkorak bisa menyertai.
 Gambaran Klinis : kulit kepala membengkak. Biasanya tidak terdeteksi samapai hari ke 2 atau ke 3. Dapat lebih dari 1 tempat. Perdarahan dibatasi oleh garis sutura, biasanya di daerah parietal. Perjalanan Klinis dan Diagnosis : Pinggirnya biasanya mengalami klasifikasi. Bagian tengah tetap lunak dan sedikit darah akan diserap oleh tubuh. Mirip fraktur depresi pada tengkorak. Kadang-kadang menyebabkan ikterus neonatorum.
Etiologi Menurut Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002, cephal hematom dapat terjadi karena : Persalinan lama Persalinan yang lama dan sukar, dapat menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis ibu terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh darah. Tarikan vakum atau cunam Persalinan yang dibantu dengan vacum atau cunam yang kuat dapat menyebabakan penumpukan darah akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan periosteum. Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi.
Tanda dan gejala yang muncul pada bayi dengan Cephalhematoma adalah :
1.         Kepala tampak bengkak dan bewarna merah
2.         Tampak benjolan dengan batas yang tegas dan tidak melampaui tulang tengkorak
3.         Pada perabaan terasa mula – mula keras kemudian menjadi lunak
4.         Benjolan tampak jelas kurang lebih 6 sampai 8 jam setelah lahir
5.         Benjolan membesar pada hari kedua atau ketiga
6.         Benjolan akan menghilang dalam beberapa minggu

Penatalaksanaan pada bayi dengan kelainan Cephalhematoma :
1.         Perawatan yang dilakukan hampir sama dengan caput succedaneum
2.         Jika ada luka dijaga agar tetap bersih dan kering
3.         Lakukan pemberian vitamin K jika perlu
4.         Apabila dicurigai terjadi fraktur tulang tengkorak ,harus dilakukan pemeriksaan lain seperti foto toraks
5.         Lakukan pemeriksaan radiologik apabila dicurigai terdapat gangguan susunan saraf pusat ,seperti tampak benjolan yang sangat luas .

Cephal hematom merupakan perdarahan subperiosteum. Cephal hematom terjadi sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Cephal hematom dapat sembuh dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan, tergantung pada ukuran perdarahannya. Pada neonatus dengan sefalhematoma tidak diperlukan pengobatan, namun perlu dilakukan fototerapi untuk mengatasi hiperbilirubinemia. Tindakan insisi dan drainase merupakan kontraindikasi karena dimungkinkan adanya risiko infeksi. Kejadian cephal hematom dapat disertai fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial.

BAB III
PERMASALAHAN

Dalam kasus neonatus diduga, hasil otopsi forensik mungkin penting bagi keyakinan atau pembebasan. Tapi otopsi temuan pada bayi baru lahir mati sering tidak spesifik dan jarang dapat memberikan bukti-bukti yang nyata dari cedera yang diakibatkan, karena mereka diketahui terjadi selama kelahiran normal juga. Dalam penelitian, menguji 59 vagina disampaikan, bayi baru lahir sehat dalam 30 menit pertama setelah lahir untuk tahu lebih banyak tentang prevalensi dan korelasi kemungkinan dari caput succedaneum. Caput succedaneum terjadi 33,9%. Adapun terjadinya caput succedaneum. Dalam lingkup penelitian bisa menunjukkan bahwa baik caput succedaneum adalah temuan langka pada bayi baru lahir sehat. Dalam penyelidikan  neonatus dicurigai sebagai insiden trauma kelahiran kadang-kadang tidak dapat dihindarkan dan lebih sering ditemukan pada persalinan yang terganggu oleh salah satu sebab. Walaupun insiden telah menurun pada tahun-tahun belakangan ini, sebagian karena kemajuan di bidang teknik dan penilaian obstetrik, trauma lahir masih merupakan permasalahan penting, karena walaupun hanya trauma yang bersifat sementara sering tampak nyata oleh orang tua dan menimbulkan cemas serta keraguan yang memerlukan pembicaraan bersifat suportif dan informatif. ,Beberapa trauma pada awalnya dapat bersifat laten, tetapi kemudian akan menimbulkan penyakit atau akibat sisa yang berat. Trauma lahir juga merupakan salah satu faktor penyebab utama dari kematian perinatal.

BAB IV
PEMBAHASAN

Pembengkakan yang terjadi karena adanya tekanan yang berlebihan letaknya diatas poisterium ataukarena adanya timbunan serum dibawah lapisan aponerose diluar garis periostiu, sehingga kepala bayiterlihat bengkak / edema.Hal ini terjadi karena adanya tekanan pada kepala oleh jalan lahir.Yang disebabkan karena partus lama dan persalinan dengan bantuan alat yaitu facum ekstraksi, bisa jugdengan forcep.Pada umumnya, caput ini menghilang dalam kurun waktu 1 hari.
Pembengkakan akan melewati garis tengah kepala dan menyeberangi ubun-ubun. Tak perlu kuatir, benjolan ini tidak berbahaya dan akan menghilang dengan sendirinya. Kepala yang tidak rata bisa jugadisebabkan pecahnya pembuluh darah akibat proses persalinan, ciri-cirinya benjolan tidak akanmelewati garis ubun-ubun. Bila darahnya banyak, bayi bisa kekurangan darah dan kulitnya menjadikuning. Maka meminimalisasikan penggunaan alat bantu pada proses persalinan.
Kasus diatas mengatakan bahwa dalam penelitian yang menguji 59 vagina bayi baru lahir sehat dalam 30 menit pertama setelah lahir lebih banyak tentang prevalensi dan korelasi kemungkinan dari succedaneum caput dan petechiae wajah. Caput succedaneum terjadi pada 33,9%, petechiae wajah di 20,3%.
Caput succedaneum sendiri adalah edema kulit kepala anak yang terjadi karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak. Atau pembengkakan difus, kadang-kadang bersifat ekimotik atau edematosa, pada jaringan lunak kulit kepala, yang mengenai bagian kepala terbawah, yang terjadi pada kelahiran verteks .Karena tekanan ini vena tertutup, tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk ke dalam jaringan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah. Dan merupakan benjolan yang difus kepala, dan melampaui sutura garis tengah. Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Patofisiologi Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstra vaskuler. Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur dengan sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari .
Berikut adalah penatalaksanaan secara umum yang bisa diberikan pada anak dengan caput succedaneum : Bayi dengan caput succedaneum diberi ASI langsung dari ibu tanpa makanan tambahan apapun, maka dari itu perlu diperhatikan penatalaksanaan pemberian ASI yang adekuat dan teratur. Bayi jangan sering diangkat karena dapat memperluas daerah edema kepala. Atur posisi tidur bayi tanpa menggunakan bantal Mencegah terjadinya infeksi dengan :Perawatan tali pusat dan personal hygiene baik . Berikan penyuluhan pada orang tua tentang : Perawatan bayi sehari-hari, bayi dirawat seperti perawatan bayi normal. Keadaan trauma pada bayi , agar tidak usah khawatir karena benjolan akan menghilang 2-3 hari. Berikan lingkungan yang nyaman dan hangat pada bayi. Awasi keadaan umum bayi.
Komplikasi caput succedanum antara lain ;
a.       infeksi
Infeksi pada caput succedanum bisa terjadi karena kulit kepala luka
b.       ikterus
Pada bayi yang terkena caput succedanium dapat menyebabkan ikterus karena inkompatibiliatas faktor rh atau golongan darah A,B,O antara ibu dan bayi
c.       Anemia
bisa terjadi pada bayai yang terkena caput succedanum karena pada benjolan terjadi pendarahan hebatatau pendarahan hebat .
Penanganan untuk caput succedaneum :
Untuk melakukan penanganan pada kasus caput succedaneum sebagai berikut:
a.    Bayi dirawat seperti bayi normal
b.    Awasi keadaan umum bayi
c.    Lingkungan harus dalam keadaan baik, cukup ventilasi, masuk sinar matahari (agar tidak terjadi hipotermi).
d.    Pemberian ASI yang adekuat, ajarkan ibu cara menetekan dengan tiduran untuk mengurangi anak jangan sering diangkat, agar benjolan tidak meluas karena tekanannya meninggi dan cairan serebrospinalis meningkat keluar.
e.    Stimulus secara pelan untuk merangsang pembuluh lumfe dibawah kulit.
f.      Memberikan konseling kepada orang tua tentang:
                                     1)     Keadaan trauma pada bayi, tidak usah cemas karena benjolan akan menghilang dalam 2 – 3 hari.
                                     2)     Perawatan bayi sehari-hari.
                                     3)     Manfaat can cara pemberian ASI (bisa dengan sendok)
Mencegah terjadinya infeksi dengan cara:
                                     4)     Perawatan tali pusat dengan baik.
                                     5)     Personal hygiene yang baik pada daerah luka.
                                     6)     Pemberian ASI yang adekuat.

BAB V
PENUTUP

  1. Kesimpulan
Caput succedaneum adalah pembengkakan yang edematosa atau kadang-kadang ekimotik dan difus dari jaringan lunak kulit kepala yang mengenai bagian yang telah dilahirkan selama persalinan verteks. Edema pada caput succedaneum dapat hilang pada hari pertama, sehingga tidak diperlukan terapi. Tetapi jika terjadi ekimosis yang luas, dapat diberikan indikasi fototerapi untuk kecenderungan hiperbilirubin. Kadang-kadang caput suksadenum disertai dengan molding atau penumpangan tulang parietalis, tetapi tanda tersebut dapat hilang setelah satu minggu. Pada kala II lama terjadi penekanan otot diafragma pelvis mengakibatkan spasme pintu panggul. Dengan adanya gaya berat, mengakibatkan kontraksi uterus sehingga tulang kepala tertekan. Sehingga fontanel meregang dan CSS (Central Canal of Spinal cord) tidak bisa mengalir ke seluruh otak.Sehingga CSS menerobos ke jaringan atau intraviber.Sehingga potensial (cairan) tedorong ke bagian ubun-ubun besar dan terjadi timbunan CSS dibawah kulit kepala.Sehingga menyebabkan.

  1. Saran
1.       Pada caput succedaneum dan cephalhematoma kita bisa menjelaskan kepada ibu dan keluarga bayi ,bahwa tidak diperlukan tindakan atau penanganan khusus bila tanpa komplikasi .
2.       Bagi tenaga kesehatan untuk memimpin persalinan dengan aman dan tepat .
3.       meningkatkan lagi para tenaga kesehatan baik secara teknis maupun non teknis dalam memberikan pelayanan kesehatan.
                  
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI.2005.Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter ,Bidan,dan Perawat di Rumah Sakit. Jakarta : IDAI UKK Perinatologi MHN-JPHIEGO
Lousada.1997.Pregnancy and Baby Care.Hlm.16.London:Shelton Books .
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro Hardjo.
Sudarti, dkk.2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita .Yogyakarta : Nuha Medika.
Richard E,behrman.dkk.caput succedaneum.2004
Prawiraharjo,sarwono.2000.Ilmu kebidanan.
Speer,Kathlen Morgan.2007,
  :
1.       Perawatan bayi sama dengan perawatan bayi normal
2.       Pengawasan keadaan umum bayi
3.       Berikan lingkungan yang baik ,adanya ventilasi dan sinar matahari yang cukup
4.       Pemberian ASI yang adekuat ,bidan harus mengajarkan pada ibu teknik menyusui yang benar
5.       Pencegahan infeksi harus dilakukan untuk menghindari adanya infeksi pada benjolan
6.       Berikan konseling pada orang tua ,tentang :
a.       Keadaan trauma yang dialami bayi
b.       Jelaskan bahwa benjolan akan menghilang dengan sendirinya tanpa pengobatan
c.       Perawatan bayi sehari – hari
d.       Manfaat dan teknik pemberian ASI

B.      Cephalhematoma
Pengertian Cephal hematom adalah perdarahan subperiosteal akibat kerusakan jaringan poriesteum karena tarikan atau tekanan jalan lahir. Dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah. Tulang tengkorak yang sering terkena adalah tulang temporal atau parietal ditemukan pada 2 % dari kelahiran hidup. (Prawiraharjo,Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan)
Klasifikasi Menurut letak jaringan yang terkena ada 2 jenis yaitu(Ika Nugroho.2011) : Subgaleal Galea merupakan lapisan aponeurotik yang melekat secara longgar pada sisi sebelah dalam periosteum. Pembuluh-pembuluh darah vena di daerah ini dapat tercabik sehingga mengakibatkan hematoma yang berisi sampai sebanyak 250 ml darah. Terjadi anemia dan bisa menjadi shock. Hematoma tidak terbatas pada suatu daerah tertentu (Oxorn, Harry, 1996). Penyebabnya adalah perdarahan yang letaknya antara aponeurosis epikranial dan periosteum. Dapat terjadi setelah tindakan ekstraksi vakum. Jarang terjadi karena komplikasi tindakan mengambil darah janin untuk pemeriksaan selama persalinan, risiko terjadinya terutama pada bayi dengan gangguan hemostasis darah. Sedangkan untuk kadang-kadang sukar didiagnosis, karena terdapat edema menyeluruh pada kulit kepala. Perdarahan biasanya lebih berat dibandingkan dengan perdarahan subperiosteal, bahaya ikterus lebih besar. Subperiosteal Karena periosteum melekat pada tulang tengkorak di garis-garis sutura, maka hematoma terbatas pada daerah yang dibatasi oleh sutura-sutura tersebut. Jumlah darah pada tipe subperiosteal ini lebih sedikit dibandingkan pada tipe subgaleal, fraktur tengkorak bisa menyertai.
 Gambaran Klinis : kulit kepala membengkak. Biasanya tidak terdeteksi samapai hari ke 2 atau ke 3. Dapat lebih dari 1 tempat. Perdarahan dibatasi oleh garis sutura, biasanya di daerah parietal. Perjalanan Klinis dan Diagnosis : Pinggirnya biasanya mengalami klasifikasi. Bagian tengah tetap lunak dan sedikit darah akan diserap oleh tubuh. Mirip fraktur depresi pada tengkorak. Kadang-kadang menyebabkan ikterus neonatorum.
Etiologi Menurut Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002, cephal hematom dapat terjadi karena : Persalinan lama Persalinan yang lama dan sukar, dapat menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis ibu terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh darah. Tarikan vakum atau cunam Persalinan yang dibantu dengan vacum atau cunam yang kuat dapat menyebabakan penumpukan darah akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan periosteum. Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi.
Tanda dan gejala yang muncul pada bayi dengan Cephalhematoma adalah :
1.         Kepala tampak bengkak dan bewarna merah
2.         Tampak benjolan dengan batas yang tegas dan tidak melampaui tulang tengkorak
3.         Pada perabaan terasa mula – mula keras kemudian menjadi lunak
4.         Benjolan tampak jelas kurang lebih 6 sampai 8 jam setelah lahir
5.         Benjolan membesar pada hari kedua atau ketiga
6.         Benjolan akan menghilang dalam beberapa minggu

Penatalaksanaan pada bayi dengan kelainan Cephalhematoma :
1.         Perawatan yang dilakukan hampir sama dengan caput succedaneum
2.         Jika ada luka dijaga agar tetap bersih dan kering
3.         Lakukan pemberian vitamin K jika perlu
4.         Apabila dicurigai terjadi fraktur tulang tengkorak ,harus dilakukan pemeriksaan lain seperti foto toraks
5.         Lakukan pemeriksaan radiologik apabila dicurigai terdapat gangguan susunan saraf pusat ,seperti tampak benjolan yang sangat luas .

Cephal hematom merupakan perdarahan subperiosteum. Cephal hematom terjadi sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Cephal hematom dapat sembuh dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan, tergantung pada ukuran perdarahannya. Pada neonatus dengan sefalhematoma tidak diperlukan pengobatan, namun perlu dilakukan fototerapi untuk mengatasi hiperbilirubinemia. Tindakan insisi dan drainase merupakan kontraindikasi karena dimungkinkan adanya risiko infeksi. Kejadian cephal hematom dapat disertai fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial.
BAB III
PERMASALAHAN

Dalam kasus neonatus diduga, hasil otopsi forensik mungkin penting bagi keyakinan atau pembebasan. Tapi otopsi temuan pada bayi baru lahir mati sering tidak spesifik dan jarang dapat memberikan bukti-bukti yang nyata dari cedera yang diakibatkan, karena mereka diketahui terjadi selama kelahiran normal juga. Dalam penelitian, menguji 59 vagina disampaikan, bayi baru lahir sehat dalam 30 menit pertama setelah lahir untuk tahu lebih banyak tentang prevalensi dan korelasi kemungkinan dari caput succedaneum. Caput succedaneum terjadi 33,9%. Adapun terjadinya caput succedaneum. Dalam lingkup penelitian bisa menunjukkan bahwa baik caput succedaneum adalah temuan langka pada bayi baru lahir sehat. Dalam penyelidikan  neonatus dicurigai sebagai insiden trauma kelahiran kadang-kadang tidak dapat dihindarkan dan lebih sering ditemukan pada persalinan yang terganggu oleh salah satu sebab. Walaupun insiden telah menurun pada tahun-tahun belakangan ini, sebagian karena kemajuan di bidang teknik dan penilaian obstetrik, trauma lahir masih merupakan permasalahan penting, karena walaupun hanya trauma yang bersifat sementara sering tampak nyata oleh orang tua dan menimbulkan cemas serta keraguan yang memerlukan pembicaraan bersifat suportif dan informatif. ,Beberapa trauma pada awalnya dapat bersifat laten, tetapi kemudian akan menimbulkan penyakit atau akibat sisa yang berat. Trauma lahir juga merupakan salah satu faktor penyebab utama dari kematian perinatal.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pembengkakan yang terjadi karena adanya tekanan yang berlebihan letaknya diatas poisterium ataukarena adanya timbunan serum dibawah lapisan aponerose diluar garis periostiu, sehingga kepala bayiterlihat bengkak / edema.Hal ini terjadi karena adanya tekanan pada kepala oleh jalan lahir.Yang disebabkan karena partus lama dan persalinan dengan bantuan alat yaitu facum ekstraksi, bisa jugdengan forcep.Pada umumnya, caput ini menghilang dalam kurun waktu 1 hari.
Pembengkakan akan melewati garis tengah kepala dan menyeberangi ubun-ubun. Tak perlu kuatir, benjolan ini tidak berbahaya dan akan menghilang dengan sendirinya. Kepala yang tidak rata bisa jugadisebabkan pecahnya pembuluh darah akibat proses persalinan, ciri-cirinya benjolan tidak akanmelewati garis ubun-ubun. Bila darahnya banyak, bayi bisa kekurangan darah dan kulitnya menjadikuning. Maka meminimalisasikan penggunaan alat bantu pada proses persalinan.
Kasus diatas mengatakan bahwa dalam penelitian yang menguji 59 vagina bayi baru lahir sehat dalam 30 menit pertama setelah lahir lebih banyak tentang prevalensi dan korelasi kemungkinan dari succedaneum caput dan petechiae wajah. Caput succedaneum terjadi pada 33,9%, petechiae wajah di 20,3%.
Caput succedaneum sendiri adalah edema kulit kepala anak yang terjadi karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak. Atau pembengkakan difus, kadang-kadang bersifat ekimotik atau edematosa, pada jaringan lunak kulit kepala, yang mengenai bagian kepala terbawah, yang terjadi pada kelahiran verteks .Karena tekanan ini vena tertutup, tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk ke dalam jaringan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah. Dan merupakan benjolan yang difus kepala, dan melampaui sutura garis tengah. Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Patofisiologi Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstra vaskuler. Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur dengan sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari .
Berikut adalah penatalaksanaan secara umum yang bisa diberikan pada anak dengan caput succedaneum : Bayi dengan caput succedaneum diberi ASI langsung dari ibu tanpa makanan tambahan apapun, maka dari itu perlu diperhatikan penatalaksanaan pemberian ASI yang adekuat dan teratur. Bayi jangan sering diangkat karena dapat memperluas daerah edema kepala. Atur posisi tidur bayi tanpa menggunakan bantal Mencegah terjadinya infeksi dengan :Perawatan tali pusat dan personal hygiene baik . Berikan penyuluhan pada orang tua tentang : Perawatan bayi sehari-hari, bayi dirawat seperti perawatan bayi normal. Keadaan trauma pada bayi , agar tidak usah khawatir karena benjolan akan menghilang 2-3 hari. Berikan lingkungan yang nyaman dan hangat pada bayi. Awasi keadaan umum bayi.
Komplikasi caput succedanum antara lain ;
a.       infeksi
Infeksi pada caput succedanum bisa terjadi karena kulit kepala luka
b.       ikterus
Pada bayi yang terkena caput succedanium dapat menyebabkan ikterus karena inkompatibiliatas faktor rh atau golongan darah A,B,O antara ibu dan bayi
c.       Anemia
bisa terjadi pada bayai yang terkena caput succedanum karena pada benjolan terjadi pendarahan hebatatau pendarahan hebat .
Penanganan untuk caput succedaneum :
Untuk melakukan penanganan pada kasus caput succedaneum sebagai berikut:
a.    Bayi dirawat seperti bayi normal
b.    Awasi keadaan umum bayi
c.    Lingkungan harus dalam keadaan baik, cukup ventilasi, masuk sinar matahari (agar tidak terjadi hipotermi).
d.    Pemberian ASI yang adekuat, ajarkan ibu cara menetekan dengan tiduran untuk mengurangi anak jangan sering diangkat, agar benjolan tidak meluas karena tekanannya meninggi dan cairan serebrospinalis meningkat keluar.
e.    Stimulus secara pelan untuk merangsang pembuluh lumfe dibawah kulit.
f.      Memberikan konseling kepada orang tua tentang:
                                     1)     Keadaan trauma pada bayi, tidak usah cemas karena benjolan akan menghilang dalam 2 – 3 hari.
                                     2)     Perawatan bayi sehari-hari.
                                     3)     Manfaat can cara pemberian ASI (bisa dengan sendok)
Mencegah terjadinya infeksi dengan cara:
                                     4)     Perawatan tali pusat dengan baik.
                                     5)     Personal hygiene yang baik pada daerah luka.
                                     6)     Pemberian ASI yang adekuat.
BAB V
PENUTUP

  1. Kesimpulan
Caput succedaneum adalah pembengkakan yang edematosa atau kadang-kadang ekimotik dan difus dari jaringan lunak kulit kepala yang mengenai bagian yang telah dilahirkan selama persalinan verteks. Edema pada caput succedaneum dapat hilang pada hari pertama, sehingga tidak diperlukan terapi. Tetapi jika terjadi ekimosis yang luas, dapat diberikan indikasi fototerapi untuk kecenderungan hiperbilirubin. Kadang-kadang caput suksadenum disertai dengan molding atau penumpangan tulang parietalis, tetapi tanda tersebut dapat hilang setelah satu minggu. Pada kala II lama terjadi penekanan otot diafragma pelvis mengakibatkan spasme pintu panggul. Dengan adanya gaya berat, mengakibatkan kontraksi uterus sehingga tulang kepala tertekan. Sehingga fontanel meregang dan CSS (Central Canal of Spinal cord) tidak bisa mengalir ke seluruh otak.Sehingga CSS menerobos ke jaringan atau intraviber.Sehingga potensial (cairan) tedorong ke bagian ubun-ubun besar dan terjadi timbunan CSS dibawah kulit kepala.Sehingga menyebabkan Caput Succedaneum.

  1. Saran
1.       Pada caput succedaneum dan cephalhematoma kita bisa menjelaskan kepada ibu dan keluarga bayi ,bahwa tidak diperlukan tindakan atau penanganan khusus bila tanpa komplikasi .
2.       Bagi tenaga kesehatan untuk memimpin persalinan dengan aman dan tepat .
3.       meningkatkan lagi para tenaga kesehatan baik secara teknis maupun non teknis dalam memberikan pelayanan kesehatan

BAB VI
LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI.2005.Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter ,Bidan,dan Perawat di Rumah Sakit. Jakarta : IDAI UKK Perinatologi MHN-JPHIEGO
Lousada.1997.Pregnancy and Baby Care.Hlm.16.London:Shelton Books .
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro Hardjo.
Sudarti, dkk.2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita .Yogyakarta : Nuha Medika.
Richard E,behrman.dkk.caput succedaneum.2004
Prawiraharjo,sarwono.2000.Ilmu kebidanan.
Speer,Kathlen Morgan.2007,

0 komentar:

Posting Komentar